Di malam yang sunyi dan gelap,
Kuciptakan puisi ini untukmu, Ibunda tercinta.
Tidak ada kata-kata yang pantas,
Untuk mengungkapkan rindu yang teriring.
Kaulah sosok yang sarat makna,
Bagai bidadari surga yang turun ke bumi.
Dengan bijakmu, engkau membagi cinta,
Hingga kami tumbuh menjadi insan berbudi.
Mentari pagi kini tak sama lagi,
Sejak engkau pergi meninggalkan dunia ini.
Namun, kenanganmu tetap hidup dalam hati,
Dan ilmu-ilmumu abadi sepanjang masa.
Di setiap doa yang kunyanyikan,
Nama-Nya dan namamu kugandeng bersama.
Engkau adalah pahlawan sejati,
Yang tak pernah lelah membesarkan kami.
Begitu banyak pelajaran berharga,
Yang kau ajarkan dengan sabar dan ikhlas.
Cerita indah pun terselip di baliknya,
Seperti gemericik air sungai dalam basuh wajah.
Betapa sayangnya jika waktu tak bersahabat,
Debur ombak tak mampu hentikan waktu berlalu.
Namun, janji kita kan bertemu di surga kelak,
Saat itulah semua cerita akan kita ulang kembali.
Ibunda, belajarlah tidur dengan tenang di alam baru,
Jiwamu mekar seperti bunga di kebun Pencipta.
Biarkanlah lagu perginya menjadi lambaian kasih sayang terakhirku,
Untukmu, Ibu tercinta yang tak pernah tergantikan.
Namun, meski kau tak ada lagi di sini,
Jejakmu tetap abadi dalam setiap hela napas.
Berkah doa-doa tercurah tak putus-putus,
Seperti zikir yang menggetarkan kalbu nan murni.
Puisi ini ku ciptakan untukmu, Ibunda,
Sebagai tanda cintaku yang abadi.
Terima kasih, atas pijakan-pijakan langkahmu,
Yang membentuk diriku menjadi seperti sekarang ini.
Kesedihan dan kehilangan tiada tara,
Namun, harapan masih membara dalam hati.
Kita pasti kan bertemu lagi di kehidupan yang hakiki,
Di sana nantinya kita akan bersama selamanya.
Hingga saat itu tiba, doaku tiada henti bergema,
Untukmu Ibu tersayang yang pergi dengan penuh kasih.
Kuteruskan langkahku di dunia nan fana ini,
Dengan mengenangmu dalam setiap puisi.