Tercipratlah puisi ibu di hati ini.
Sebuah karya kata yang sarat makna,
Mengalir laksana irama alam semesta.
Bait pertama membangkitkan sejuta rasa,
Ibu, engkau sang pahlawan dalam hidupku.
Seperti bunga yang mekar di pagi nan indah,
Kasihmu abadi, tiada pernah pudar.
Kau adalah pelita dalam kegelapan malam,
Menyinari jalan hidup dengan sabarnya.
Dalam tiap nafas yang ku hela kini,
Engkau ada disana, menopang tangguh.
Bait kedua memadatkan puisi dengan keagungan,
Ibu, dirimu sungguh luar biasa dalam bertahan.
Seperti gunung yang teguh menjulang tinggi,
Engkau berdiri kokoh di tengah badai kehidupan.
Dalam sentuhan lembutmu, tercipta harmoni,
Ibu, engkaulah sutradara bagi keluarga ini.
Dengan bijak mengatur setiap langkah kami tempuh,
Agar hidup tercipta dalam harmonisasi sempurna.
Bait terakhir mencerminkan kehangatan dan cinta,
Ibu, seperti sinar matahari pengusir duka dan kelabu.
Bagai anugerah dari tuhan Yang Maha Esa,
Kehadiranmu melimpahkah berkat dalam hidupku.
Senandung puisi ini tak akan pernah usang,
Walau waktu terus berganti tahun demi tahun.
Karena kasihmu tetap abadi di hatiku,
Menyemai benih-benih cinta yang tak terkira.
Dalam Puisi Ibu yang memiliki tiga bait,
Terpancarlah kebesaran dan keindahan batin.
Sekalipun kata-kata tak mampu merangkum sepenuhnya,
Namun, engkau, ibu, akan selalu dalam doaku.