Mengalir lembut menyentuh wajah
Seperti bisikan asmara yang lembut
Yang melingkar dalam taman hati
Puisi tentang angin, kamu yang misterius
Seperti senyum samar di balik awan putih
Dengan lembut menjelajahi dunia tanpa henti
Menyentuh segala jiwa yang tenggelam dalam sepi
Terhempas, bergulung di bukit tinggi,
Menyusuri celah-celah kota dan sawah hijau.
Engkau membelai rambut perempuan payung jingga,
Seakan menawarkan sebuah kisah baru.
Angin, dirimu layaknya lentera malam,
Menari-nari dengan daun-daun tua.
Kamu melintasi gelap dan terang,
Membawa pesan-pesan indah untuk manusia.
Terkadang kau berbisik dengan suara lembut,
Seperti seruling merdu di tengah hutan sunyi.
Hanyalah sejumput cinta yang dirangkai kata-kata,
Menciptakan harmoni dalam setiap detik hidup ini.
Dan ketika sang fajar bicara dengan sinarnya,
Angin pun beranjak merayu mentari.
Menghantarkan pesan cinta bagi bumi yang rindu akan kasih;
Mengusap luka-luka yang ada di hati para insan.
Oh angin, jadilah pelukis dalam puisi indah;
Cerita epik tentang perjalanan hati manusia.
Engkau menguatkan tiap huruf-huruf penuh makna,
Menyulam harapan di setiap kalimat yang teriris.
Janganlah kau pergi, wahai sang pengantar mimpi;
Dalam sunyi hati, kami tetap merindu.
Teruslah menjadi sahabat yang setia,
Melambungkan jiwa-jiwa menuju cerita abadi.
Angin, penyejuk di suatu hari panas;
Dirimu hadir bagai doa dalam ibadah.
Puisi tentang angin, karya agung alam semesta,
Mengalir dalam jiwa dan menggetarkan raga.
Lembut dan kuat, tak terbatas ruang dan waktu,
Dirimu melintasi jarak dengan keindahan tanpa tara.
Terima kasihlah wahai angin, penuh penghargaan,
Kami berjanji akan menyebutmu dalam syair nan megah.