Brenton Tarrant adalah seorang pria yang namanya mencuat ke permukaan dunia pada tanggal 15 Maret 2019, ketika dia melakukan serangan teroris yang mengerikan di Christchurch, Selandia Baru. Serangan ini mengejutkan dunia karena skala kebrutalan dan niat jahat yang melatarbelakangi aksi tersebut. Untuk memahami sosok Brenton Tarrant dengan lebih baik, ada baiknya kita mencermati biodatanya secara lengkap, termasuk agamanya.
Brenton Harrison Tarrant lahir pada tanggal 17 November 1990 di Grafton, New South Wales, Australia. Sebelum peristiwa yang mengguncang dunia tersebut, ia hidup sebagai seorang petugas kebersihan dan pelatih kebugaran di Kota Dunedin, Selandia Baru. Meski belum ada informasi detail mengenai keluarganya atau riwayat pendidikannya, banyak spekulasi muncul tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahannya menjadi teroris.
Namun, biodata ini tidak akan lengkap tanpa membahas agama Brenton Tarrant. Dalam catatan-catatan pribadinya dan manifesto yang dia posting online sebelum serangannya, terungkap bahwa ia adalah seorang supremasi kulit putih dan telah menjadi bagian dari gerakan ekstremis sayap kanan untuk beberapa waktu. Dia menggambarkan dirinya sebagai etnonasionalis dan menolak semua bentuk imigrasi serta multiculturalisme.
Pendek kata, meskipun Islam dipandang sebagai musuh utama oleh Brenton Tarrant dalam serangannya, ia juga membenci agama-agama lain. Tujuannya adalah untuk memulai perubahan sosial yang drastis melalui kekerasan dan menciptakan dunia yang lebih homogen dan murni bagi ras Arya.
Dalam manifesto yang dikirimkan oleh Tarrant sebelum serangan, ia menggunakan bahasa yang tidak lazim dan mencari perhatian dengan menyebut beberapa konsep filosofis. Manifesto itu membahas teori konspirasi tentang invasi budaya dan menggambarkan dirinya sebagai pahlawan dalam perang generasi. Ia mengutip pemikiran-pemikiran Nietzsche tentang kuasa, serta ide-ide anti-Semitisme tradisional.
Tarrant juga menggunakan simbol-simbol religius dalam tindak kekejamannya. Misalnya, ia membawa senjata api berlapis tulisan-tulisan kuno seperti kata-kata Latin Vi Veri Universum Vivus Vici yang diterjemahkan sebagai Dengan Kekuatan Kebenaran Saya Telah Menaklukkan Alam Semesta. Hal ini menunjukkan bahwa dia melihat dirinya seperti seorang nabi atau penyelamat bagi ras Arya.
Dokumen biodata Brenton Tarrant ini hanya memberikan sedikit gambaran tentang pemikiran ekstremisnya, tetapi dengan pernyataan-pernyataan jelasnya, kita dapat melihat betapa dangkalnya keyakinannya dan sikap intoleransinya terhadap agama lain. Ini merupakan ancaman serius bagi masyarakat yang hidup berdampingan dengan damai di dunia ini.
Semoga tragedi Christchurch menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk bersatu dalam menjaga keharmonisan dan mencegah terorisme dalam segala bentuknya. Mari kita tingkatkan pemahaman kita tentang agama dan budaya yang berbeda dengan saling menghormati, memelihara toleransi, dan membangun perdamaian yang abadi.
Tarrant telah memberikan salah satu contoh yang mengerikan tentang bagaimana intoleransi ekstrem dapat menghancurkan kehidupan manusia. Kita harus belajar darinya dan berusaha untuk menciptakan dunia di mana setiap individu dapat hidup dalam kedamaian dan kesetaraan, tanpa adanya pembatasan atau diskriminasi berdasarkan ras, agama, atau etnisitas.
Karena itu, penting bagi kita semua untuk mengambil tindakan nyata dalam melawan ekstremisme yang memicu terorisme dengan cara mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai kemanusiaan universal dan merayakan keragaman sebagai anugerah yang harus dinikmati bersama.