Dalam era digital yang terus berkembang pesat, pengembangan aplikasi menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan. Salah satu pendekatan terbaru dalam pengembangan aplikasi adalah menggunakan arsitektur microservices. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci pengertian microservices dan mengapa pendekatan ini menjadi begitu populer.
Pertama-tama, apa itu microservices? Microservices adalah pendekatan dalam pengembangan aplikasi di mana sebuah aplikasi dibangun sebagai serangkaian layanan independen yang berjalan secara terpisah namun saling terhubung. Setiap layanan memiliki fungsionalitas tersendiri dan dapat dikembangkan secara mandiri. Dalam arsitektur microservices, setiap layanan dapat dikemas menjadi container yang ringan dan dapat diimplementasikan menggunakan teknologi apapun sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu keuntungan utama menggunakan arsitektur microservices adalah skalabilitasnya. Dengan memisahkan fungsi-fungsi aplikasi menjadi layanan-layanan independen, perusahaan dapat dengan mudah menambahkan atau menghapus layanan sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk lebih fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perubahan pasar atau pertumbuhan bisnis yang cepat. Menurut survei oleh RightScale pada tahun 2018, 84% responden melaporkan bahwa mereka menggunakan arsitektur microservices, menunjukkan betapa populernya pendekatan ini di kalangan pemain industri.
Selain itu, arsitektur microservices juga memberikan manfaat dalam hal isolasi dan kestabilan aplikasi. Karena setiap layanan berjalan secara terpisah, jika ada masalah pada satu layanan, hanya layanan tersebut yang terpengaruh. Layanan lainnya tetap berfungsi dengan baik dan tidak terpengaruh oleh masalah yang mungkin timbul. Hal ini memudahkan perusahaan untuk mengelola dan memperbaiki bug dalam kode aplikasi tanpa harus menghentikan seluruh sistem. Dalam kata-kata Werner Vogels, CTO Amazon.com, Semakin mengecilnya tanggung jawab tiap tim akan meningkatkan kualitas dari setiap bagian sistem.
Namun, penggunaan arsitektur microservices juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah kompleksitas manajemen dan koordinasi antara layanan-layanan yang berbeda. Perusahaan harus memastikan bahwa semua komunikasi antara layanan berjalan dengan lancar dan dapat diawasi dengan baik. Selain itu, pengujian juga menjadi lebih kompleks karena perlu menguji interaksi antara banyak layanan yang bekerja bersama.
Dalam rangka mengatasi tantangan tersebut, perusahaan dapat menggunakan alat-alat seperti Kubernetes atau Docker untuk melakukan manajemen kontainerisasi dan orkestrasi aplikasi microservices mereka. Alat-alat ini membantu dalam pemantauan dan pengelolaan skala besar serta deploynya.
Dalam kesimpulan, pengertian microservices adalah pendekatan dalam pengembangan aplikasi di mana sebuah aplikasi dibangun sebagai serangkaian layanan independen yang berjalan secara terpisah namun saling terhubung. Dengan adanya arsitektur microservices, perusahaan dapat mengalami manfaat dalam skalabilitas dan fleksibilitas aplikasi mereka. Namun, ada juga tantangan yang perlu diatasi dalam manajemen dan koordinasi antara layanan-layanan tersebut. Dengan bantuan alat-alat seperti Kubernetes atau Docker, perusahaan dapat memaksimalkan potensi dari arsitektur microservices ini.