Embun pagi melangkah di atas daun-daun rapuh
Menyapu leleh embusan angin senyap
Menari-nari di rerumputan yang lembut
Layu dan rapuh, ia menyirami dengan lembut
Keheningan pagi menyambut kepulangan sang fajar
Berbisik-bisik suara rindu dalam jiwa yang sunyi
Malam pergi, menggenggam gelapnya yang sedih
Sinar mentari datang, menerangi harapan kembali
Embun pagi menjadi duka bagi kelopak yang terjaga,
Mempercantik senyum bunga-bunga nan mencela.
Dalam tepian matahari terbit, seulas harapan membara,
Tercermin dalam embun pagi, mengejar sinar fajar.
Lembut embun pagi turun mengisi pergumulan semesta,
Mengisi hati hampa dengan bening kebahagiaan.
Setetes air membawa berjuta doa dan mimpi,
Embunan kasih melintasi masalah yang bergelora.
Keberanian cair seperti air,
Di dalam cermin kehidupannya yang jernih.
Embunan menjadi saksi diam dalam kesenyapan,
Rahasia hatinya tertuang dalam kristal-kristal misterius.
Embun pagi memenuhi langit dengan keceriaan,
Seperti lentera berkilau di malam gelap gulita.
Dia menjelma menjadi cermin segala ketulusan,
Sinarnya seperti purnama berseri pada senja.
Surga merekah ketika embun berdansa di dedaunan pohon hijau,
Menarik matahari yang pemalu untuk terbit di cakrawala.
Dalam perjumpaan itu, semesta melantunkan puji-pujian,
Embun pagi menjadi puisi yang mengalir dalam setiap hela nafas.
Dalam kebisuan embun pagi,
Tersembunyi damai nan terang dalam kata-kata hening.
Ketika embunan menari, puisi pun menyapa,
Menghanyutkan sang penulis ke alam yang harmonis.
Terimalah hadiah embun pagi di hatimu,
Mengajarimu arti ikhlas dan setia menunggu.
Dalam lembutnya tetesan air kristal ini,
Terasa kesederhanaan akan keindahan dunia.
Puisi embun pagi tercermin dalam saripati pengharapan,
Melambangkan awal baru dalam setiap langkah hidup.
Rakitlah kata-kata dengan indah di antara jalinan waktu,
Biarkan puisi embun pagi mengiringimu pada perjalananmu.