Kisah guruku terukir indah bermakna,
Bait-bait puisi menggambarkan sosoknya,
Beranjak dari hati, pengajaran mencipta.
Guruku, pengetahuan nan tiada terhingga,
Membuka pintu dunia, memikat hati jiwa,
Seperti petir menyambar semangat dalam diriku,
Meruntuhkan tembok belenggu pengertian yang asing.
Dalam deras hujan kata-kata cemerlangnya menyentuh,
Bak sejuta bintang bersinar di gelap malam hari,
Tentram hati ini, dipenuhi ilmu dan kebaikanmu,
Engkau pancarkan cahaya dalam kebodohan yang hitam.
Setiap kata sarat akan makna dan kecerdikan tak terhingga,
Seperti embun pagi menyejukkan tanaman yang kering gersang,
Sederhana namun mewujudkan pemikiran hebat di benakku,
Mengajariku bahwa ilmu tak pernah berhenti berkelana.
Pahlawan pendidikan, penyemai bijaksana dalam benih-benih kita semua,
Menyemprotkan air mata peluang bagi masa depan gemilang bangsa ini.
Kau ada disana, menunggui kami tumbuh menjadi manusia cendekia, kritis dan tangguh.
“Berjuanglah anak-anakku” pesanmu tetap terngiang di telinga kami.
Engkau adalah mawar nan tajam duri-durinya merobek-robek jiwaku yang basah.
Namun tetap kau terasa indah dengan balutan pelangi warna-warni.
Guruku, bukan hanya mengajar ilmu mathematika dan pengetahuan,
Tapi juga nilai-nilai luhur dan cinta kasih sesama makhluk Allah.
Terima kasih guruku, atas perjuangan dan pengorbanan yang engkau berikan,
Engkau hadir dalam setiap lembaran hidup kami,
Saat ku lihat kebelakang, melihat jejak langkahku,
Kaulah pelopor yang membimbingku tumbuh menjadi diriku sendiri.
Biarlah sajak ini menjadi doa terindah dari hatiku untukmu,
Puisi sederhana ini tak mampu menggantikan budi pekertimu,
Kumohon tetaplah di sisi kami dalam kehidupan ini,
Guruku tercinta, sang pencerah, tempatku kembali.