Kusapa angin yang terhembus di sawah
Melambai lembut, menggoyangkan buliran padi
Mencipta rerumputan yang hijau menyejukkan
Di tengah keringat sang petani berjuang.
Mereka yang terlahir dari tanah merah
Bertaruh nyawa, mencari kehidupan berlimpah
Dengan cinta dan keterampilan tangan mereka
Petani menumbuhkan harapan baru.
Di bawah langit biru nan luas,
Mereka membajak, menyemai dan menanam biji-bijian,
Memberi makan bukan hanya tubuh insan,
Namun juga jiwa dan asa yang tak tergoyahkan.
Tiada kata penyesalan dalam kerja keras mereka,
Meskipun pernah ada waktu hasrat ingin lari.
Tetaplah bertahan, berkarya dengan nafas bulat,
Bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga negara ini.
Petani adalah penjaga bumi,
Dengan tangguhnya hati, menjaga alam dari malapetaka.
Mereka memelihara gelombang hijau nan subur,
Memberikan makan untuk semua jiwa petualang.
Memohon hujan saat musim kemarau panjang,
Menanti sinar matahari saat musim hujan melimpah.
Petani tak pernah bosan menunggu waktu yang tepat,
Menggapai hasil panen dengan sukacita nan ceria.
Hidup mereka bagai puisi tersirat di ladang-ladang luas,
Dalam setiap irama kerja dan kehidupan sederhana.
Mereka adalah seniman pembentuk negeri,
Mengukir karya tiada tara, tanpa batas dan puja.
Di tengah gemuruh teknologi yang semakin maju,
Petani tetap melantunkan lagu-lagu alam.
Mengajarkan tentang kesederhanaan dan keberanian,
Berbagi kehidupan, menciptakan harapan baru.
Pada akhirnya, dalam puisi ini terlukis gambar indah
Petani berjuang dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Melalui sentuhan mereka, bumi memberikan buah
Dalam doa dan ungkapan syukur kita bersama.
Puisi ini hadir sebagai penghormatan kepada petani,
Para penjaga tanah nan subur dan lautan hijau.
Jiwamu yang gigih dan tanganmu yang tidak kenal lelah,
Menyulam kisah abadi dalam benang-benang waktu.